Hakikat kemerdekaan untuk santri
Gilang Jordan, S.Pd.I (Guru Bahasa Arab SMP Daarut Tauhiid)
Ibnu
‘asyur memberikan arti dan pandangan mengenai kebebasan atau kemerdekaan yang juga
dikenal dalam istilah bahasa Arab Al-Hurriyyah, beliau memberikan makna
dengan ‘itqul ‘abid (pembebasan terhadap perbudakan). Dalam hal ini, seseorang
yang dapat mengendalikan dirinya untuk melakukan kebaikan, perintah Allah dan rasul-Nya
dan mengendalikan untuk tidak melakukan yang dilarang dan diharamkan oleh Allah
Swt. secara sadar dari dirinya sendiri, itulah arti dari kemerdekaan yang
sebenarnya.
Sekirannya
masih dikendalikan atau diperbudak oleh orang lain atau sesuatu yang
mendominasi, contohnya seorang santri yang dalam melakukan kewajibannya kepada
Allah seperti halnya sholat wajib dan sunnahnya, puasa sunnah dan hal-hal
kebaikan yang harus dilakukan dengan kesadaran dirinnya akan tetapi masih diperintah
oleh kedua orang tuanya atau ustadznya yang berada diasrama.
Bahkan
sampai melakukan hal yang dilarang oleh Allah dan rasul-Nya seperti tidak bisa
mengendalikan lisannya berkata dusta, dhalim, kasar, kotor dan sia-sia (DUDHOLKAKOSI),
tidak bisa mengendalikan tangan dan kakinya dari barang yang bukan miliknya
(gashab atau mencuri) dan juga melihat tontonan yang dilarang dan diharamkan
melalui Handphone dan juga internet, Berarti hal tersebut belum menuju kepada arti
kemerdekaan yang sebenarnya dalam artian masih dikendalikan diperbudak oleh
hawa nafsunya.
Sebagaimana firman Allah Swt., didalam QS. An-Nazi’at
: 37-41
فَأَمَّا
مَنْ طَغَى (37) وَآَثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (38) فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ
الْمَأْوَى (39) وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ
الْهَوَى (40) فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى (41)
“Adapun
orang yang melampaui batas. Dan lebih mengutamakan kehidupan duniawi. Maka
sesungguhnya, nerakalah tempat tinggalnya. Dan adapun orang-orang yang takut
kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. Maka
sesungguhnya, surgalah tempat tinggal(nya)”. (QS. An Nazi’at : 37-41)
Pada
ayat tersebut bisa diambil pelajaranya, bagi seseorang yang masih dikendalikan
oleh hawa nafsunya artinya nafsu yang mengarahkan untuk berbuat tidak baik
bahkan sampai melanggar aturan-aturannya Allah, hakikatnya orang tersebut belum
merdeka. Sebaliknya, jika bisa mengendalikan diri dari melakukan perintah Allah
secara sadar dan menjauhi yang dilarang oleh-Nya maka pada hakikatnya sudah
merdeka menurut pandangan Allah Swt.
Oleh
karnanya, penulis mengajak pembaca semuanya, terutama santri SMP Daarut Tauhiid,
untuk senantiasa melakukan kebaikan atau amal sholeh, perintah Allah dan juga menerima
nasihat-nasihat para guru secara sadar dan ikhlas semata-mata karena Allah Swt.
Allahu a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar